Awalnya gini,
Bukan hal yang mengenakan memang saat Kita nggak di terima di perguruan Tinggi impian kita. tapi dari sana nggak sedikitpun menyurutkan niatan Gue buat kuliah demi kehidupan yang mungkin akan lebih baik lagi. jadi setelah Gue puas - puasin nangis ampe puasa Gue bolong dan ngambek sama semua anggota keluarga Gue. Akhirnya rasa laper membuat Gue sadar dan mengambil langkah. Sambil cemberut gue makan dengan biadabnya dan tanpa di duga, Gue kepergok setelah itu Gue di interogasi sampai akhirnya sampailah pada pembicaraan kelanjutan sekolah Gue.Beberapa minggu kemudian,
Akhirnya Gue tibalah saatnya pada waktu dimana Gue harus mengemasi barang Gue. Menatap iba mata nyokap dan marah - marah karena nunggu lama Bokap yang janji mau nganterin Gue ke Bandung. Sekitar jam setengah satu dini hari, Gue udah berada di jok belakang. lampu mobil yang redup membuat Gue sadar benar bahwa dingin tetesan yang terasa di tangan Gue merupakan bentuk luapan emosi akan kesedihan Gue yang kali ini memang benar - benar bakal jauh dari rumah. dan Gue sadar betul nggak seperti waktu SMA yang dengan mudah bolak - balik kost dan rumah. yang ini beda. Gue menatap nyokap yang sedang tidur. Walau masih terlihat cantik namun nampaknya beliau nggak bisa terhindar dari tanda - tanda penuaan. Mulai mengeriput. Saat itu, gue janji, bakal menjadi anak yang bikin orang tua bangga.
Jauh meninggalkan rumah, saat pagi bersambut, Gue udah masuk wilayah bandung. Saat membuka pintu kamar Kost gue, debu - debu begitu menusuk dan membuat Gue bersin - bersin. Tampak nggak layak huni, belum lagi atapnya mengunakan asbes dan lampunya redup seperti hanya menunggu hari untuk menghabiskan sisa cahayanya. Namun lagi - lagi disinilah sosok orang tua tampil. setelah entah berapa jam belanja segala kebutuhan Gue, mulai dari yang kecil misal lap serbet sampai yang besar seperti lemari, meja belajar, TV. kamarr Gue di sulap bak menjadi tempat yang memang nyaman. belum lagi, di pinggr tembok, kasur terlihat melambai - lambai mengajak setiap pemiliknya untuk melemaskan otot - otot. dan untuk pertama kalinya kekompakan Gue, Bokap dan Nyokap kembali terjalin. Dengan semangat, kami semua bersih - bersih, menata peralatan kemudian diakhiri dengan selonjoran saking capenya. dan sampai sekarang ada satu kalimat yang ingin Gue ucapkan kepada mereka. namun entah kenapa begitu sulit. Mungkin Gue tipikal anak yang nggak ekspresif. bahkan saat orang tua Gue pamit kemudian melenggang pergi, tidak suara atau tangis yang dapat Gue berikan. Walau terlihat mata nyokap menggenang. nampaknya ada air mata yang beliau berhasil tahan biar nggak meluncur keluar. dan apa yng terjadi sama Gue? Gue kaku dan hanya bisa tersenyum. Padahal dalam hati Gue, Gue berusaha memuntahkan kalimat ini : Mah Pah, neng sayang kalian. Maksih. Namun kata itu tertahan sampai Gue hanya bisa menangis beberapa saat kemudian. Saat gue mulai beradaptasi dengan dingin yang menghembus kulit Gue, dengan tempat yang belum Gue pahami. Sesungguhnya jika Gue masih punya kesempatan, izinkan Gue ngucapin kata itu, seenggaknya saat Gue udah bisa mempersembahkan sebuah karya atau kesuksesan yang membuat orang tua Gue menitikan air mata dan berkicau bangga pada tetangga. Aminn...
3 komentar:
sumpah ket aku jadi sedih baca ini, jadi teringat saat aku ditinggal sendirian dikosan,, aku juga gak bisa ngomong apah2 saat nyokap balik ke cianjur, pas liat punggungnya pergi ninggalin aku langsung dah nyurucud ampe nangis kaya orang gila...
sukses dah buat blognya (^_^)* perbanyak lagi tulisannya nanti aku bkl sering berknjung :)
sumpah ket aku jadi sedih baca ini, jadi teringat saat aku ditinggal sendirian dikosan,, aku juga gak bisa ngomong apah2 saat nyokap balik ke cianjur, pas liat punggungnya pergi ninggalin aku langsung dah nyurucud ampe nangis kaya orang gila...
sukses dah buat blognya (^_^)* perbanyak lagi tulisannya nanti aku bkl sering berknjung :)
iya sama dong saya juga,..sip sip nanti makin sering nulis lagi.
Posting Komentar