Formulasi yang pas. Hujan, sepi dan air mata. Kisah ini di lahirkan dari sebuah pikiran yang mungkin kalian juga pernah mengalaminya. Dwitasari. Dari salah seorang sahabat saya, saya mengenal blogger tersebut. Penataan bahasa yang apik, musikalisasi puisi menyentuh, memaksa air mata meluncur. Tidak, tapi tidak dengan beberapa waktu lalu kecuali malam ini. Iya malam ini membuat saya ingin kembali berfikir mengenai, Masa lalu, cinta dan kejujuran . Kebanyakan orang memaknai cinta dari seorang anak manusia yang masih duduk di SD sebagai cinta monyet. Cukup menggelitik dalam pikiran, dulu cinta ini tak menguras emosi, harga diri dan menerobos kewajaran. Siapa sangka cinta monyet menjelma menjadi cinta gorila,..ehm,..iya gorila tua, ... Silahkan simak, resapi dan tinggalkan komentar mengenai tanggapan anda, jika berkenan..
Masa lalu anak SD kelas 6 bernama Keyza, panggilan Key. Cinta monyet pernah juga ia alami. Namun Ia tidak berkehendak cinta itu menjadi cinta gorila, iya bahkan saat ia di SMP pun rasa itu tetap ada. Tersenyum saat melihatnya, membuang muka saat laki - laki itu berbalik badan, Bahkan saat sembahyangpun, saat sujud sering key melihat telapak kakinya. Laki - laki itu bernama Gilang. Lama - kelamaan perasaan itu menobrak kewarasan. YAng ia pikir, cinta itu harus selalu di pendam dan di jaga. Alasannya masuk akal, wajah yang ia miliki seakan belum menjamin cintanya bersambut. NAmun Key menjelmakan cintanya melalui kata. Malam hari, dia telungkup sambil tersenyum. Tangan kanannya mengayun menggoreskan tinta kejujuran. Curahan hati yang menguras emosi. menjadi pengagum untuk setahun bukan hal mudah. Pagi hari ia menyetorkan tulisannya melalui seorang teman. Sore hari menjemput respon dan pesan yang Gilang kirimkan buatnya. Mereka berdua sangat nyaman. Tapi bagi Key itu tidak cukup.Identitas mutlak diperlukan. Namun Gilang lebih memilih hubungan seperti ini. Dua kali Key pernah di paksa, di seret oleh teman - teman Gilang untuk bertemu dan berbicara namun menolak. Belum cukup keberanian atau mungkin gadis ini terlalu bodoh.
Hingga perpisahan sekolah itu, setahun Key tak melihatnya. Namun perasaan itu tetap tumbuh, seperti jamur yang akarnya tertancap kuat. Hanya air mata yang tahu. Betapa setiap malam berdoa untuk menghadapi ujian. Ingin rasanya Key bersekolah yang sama. Namun waktu mempermainkannya, Gilang telah bersama orang lain. Saat hari pertama ia masuk SMA, pemandangan yang ia lihat tangan Gilang melingkar pada seorang gadis. Perasaan itu ia simpan, Hingga alam berkonspirasi mempertemukannya dengan Ray, pacar Key sekarang. Key tahu, Rey bersahabat dengan Gilang. Saat kebetulan mereka bertiga, disanalah kebahagiaan buat Key. Menatap, melihat dan memastikan Gilang bisa tertawa.
Dan Tuhan membukakan mata hati Key, Rey tulus, selalu setia menjadi pendengar, berbagi seolah sahabat dan sama - sama mencari penyambung jajan saat tanggal tua. 4 tahun kini mereka menjalin hubungan. TApi setelah waktu berjalan begitu jauh, Tuhan masih menyimpankan perasaan ini untuk ia. Iya dia Gilang. Namun entah rasa sayang yang dahulu, atau kepenasaran yang selalu bergelantungan dalam benak. Tuhan, andai Tuhan mengambulkan permintaan Key, ingin rasanya waktu di putar, ke 7 tahun silam. Saat tangan ini di tarik tarik, menolak untuk bertemu. Menyesali kebodohan yang pernah diambil.
bahkan saat Tuhan memberikan kesempatan untuk Key dapat menyapa masa lalunya, ia hanya berani di balik topeng. Menggunakan jejaring sosial milik kekasihnya. Entah syaitan atau malaikat yang berbisik. Dengan gemetar, Key menyapa masa lalunya. Saling bertukar informasi. Dan berakhir dengan air mata. Untuk ke dua kalinya dengan nama perasaan ia menjadi orang bodoh. Menyia - nyiakan perasaan. kata ma'af itu yang bisa Key berikan untuk Ray. Tidak untuk jaminan kejadian ini tidak akan terulang. Oh Tuhan, bahkan atas nama cinta, intelektual dan prinsip berfikir rasional tidak berlaku. Masa lalu yang ingin Key ulang atau kekasih yang jelas menjamin kebahagiaan. Tapi bukankah walaupun Key bersama Ray, tidak akan bahagia selama masa lalu itu terus tumbuh?
Salahkah Key yang mengkhianati Kekasihnya?
Bodohkah Ray yang mempertahankan pengkhianat?
Atau Gilang manusia kejam yang telah membiarkan masa lalu tumbuh dengan liar atas nama penasaran?
Entahlah, Bukankan Perasaan ini kehendak Tuhan,.!!!
Yang jelas akan susah sekali mengimplementasikan kata :
Selamat Tinggal Masa Lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar