Sabtu, 27 Oktober 2012

Shalat Jalan Bubar

Baru saja kemarin perayaan Idul Adha,..oke saya kembali tergelitik buat menuliskan kisah ini. Saya ehm maksudnya gue. jadi gini, tepat malam takbir Gue udah merasa melow gitu di kosan. Krasak krusuk ternyata perut Gue minta jatah. Akhirnya tumis kangkung yang Gue beli tadi pagi cukup membuat mata Gue menyempit sekian inci. Senyawa sedative tengah bekerja rupanya. Gue kembali berpikir, daripada mata ini keburu nutup terus nanti tengah malem bangun lagi dan bengong. rasanya horor banget deh. Akhirnya pukul 21 : 00 gue hijrah kekost temen Gue. Sebut saja namanya Sisi. Disamping kamar Sisi, dia juga punya temennya yang menampung dua wanita yang tidur di kamarnya. sementara di kamar Sisi ada 4 orang, termasuk Gue. dalam satu ruangan kami berebut oksigen dan baru bangun setelah alarm berbunyi. Pukul 5.Gue bangun disusul satu persatu mandi. sensasinya memang berbeda. Berhubung semuanya wanita berjumlah 7 orang. Gue perjelas lagi, jadi semuanya kece ehm. Dan juga calon ibu - ibu rempong. Terlalu banyak yang disiapkan sampai kaki - kaki mungil melangkah keluar. menuju satu tempat. Masjid di salah satu Universitas Top di Bandung. Cekikikan tak segera beranjak. Semuanya begitu alami dan indah. Radius 5 meter menuju tempat shalat, di depan gerbang  ada sosok yang membuat Gue terheran - heran. wanita setengah lelaki mengoles - ngoles pipinya menggunakan apalah itu. Entah blash on atau arang. yang jelas nampak mencolok dan berhasil menjadi pusat perhatian orang yang hendak menunaikan sembahyang. tau tau, selintingan terdengar dia kurang waras. Ehm kali ini Gue percaya.

Namun belum sampe bokong Gue duduk. Satu diantara kita ada yang nanya ke ibu - ibu dengan pedenya.
temen gw  : Bu yang depan kosong?
Ibu - ibu   :   Sholatnya udah selesai neng.
*deng,.
Hening salanjutnya muka shock begitu jelas terlihat. Terjadilah diskusi kecil. Ada yang gigit jari, pasang muka cengok atau bahkan cekikikan.Menyesal seribu satu kalimat sia - sia. Kita dipecundangi waktu. Padahal menurut Sisi, Idul Adha tahun kemarin jam setengah tujuh baru mulai. Hipotesa bermunculan salah satu yang mendomonasi adalah karena ini hari Jum'at.  jadi Sholatnya lebih awal kan mau motong hewan nati kebentur jam Jumatan. namun hasrat ingin Sholat, berbekal informasi dari seorang teman. Kita menuju masjid yang satunya lagi. menggunakan angkot. Dan dua langkah sejak turun. baru terlihat jemahaan yang keluar dari masjid. Tak lama, dengan muka di tekuk kami terus menelusuri setapak. masuk gang dan berniat tinggal di kosan dengan kekecewaan.Di tengah jalan ternyata ada juga laki - laki yang baru mau berangkat Sholat. haha bahkan di hari paling mengecewakan sekalipun, Tuhan menyelipkan hiburan. sebuah pertunjukan kekonyolan orang yang lebih konyol dari pada kami.
Sesampainya di kost. Gelak tawa membahana dengan aktivitasnya masing - masing. dengan bahasa yang Gue mengerti namun cukup membuat Gue terlihat bego. Mangap sambil bilang ooo atau tertawa. Dialek mereka sangat Gue hafal namun selalu ada sisi humor yang membuat Gue bersyukur berada di tengah - tengah mereka. 
Mie Belitung. Itu masakan yang baru buat lidah Gue. dan lidah Gue bisa dengan cepat beradaptasi. Manis, kenyal, harum dan membuat Gue berpikir. Bolehlah buat menu bakal calon Restaurant Gue 4 tahun ke depan. hehe,.. Posisi melingkar, terkesan akrab bagai keluarga. selalu ada perbincangan renyah sesekali tawa di sela - sela makan bersama.Setelah itu, Rasa kantuk menjalar, membuat semuanya tergeletak. Bagai ikan asin. berjejer sibuk sendiri mengantarkan keinginannya tertidur. Dengan pulas. Dua jem terlewati. namun mie bukanlah hal yang membuat kuat pertahanan perut Gue. Gue bangun dan lagi - lagi makan mie Belitung. Enak rasanya. Setelah itu barulah Gue pulang. Terkadang mengingat hari ini, Gue tertawa sendiri. Gimana nggak coba, sesampainya di kosan. Siang di geser malam. Angin yang berdesir, mengingatkan Gue bahwa seharian ini Gue belum makan nasi. Setelah berhasil mengusir rasa malas, kaki Gue menuruni 11 anak tangga. Dan berjalan diantara gang. Tepat sebelah kiri, masjid menarik indra penciuman Gue. Terasa amis. Sementara semua warung dan tenda - tenda pinggir jalan. resmi tak beroprasi. Demi apapun ini hal yang memuakan bagi Gue. Membuat Gue hanya balik dengan tangan hampa. Belum lagi, malam ini terlihat lebih ramah, hangat. Ada banyak orang yang  berkumpul. Seolah memuja arang. Badannya ia relakan berparfum asap. Dengan mata menatap penuh harap. Kalau Gue bisa melihat lebih dekat, bisa dipastikan sesekali mereka menelan ludah. Semriwing angin membantu Gue menyimpulkan. Sate sapi. bahkan sampe tercium ke kamar Gue. Alhamdulillah ada hikmahnya. Jadi malam ini Gue makan Mie dengan rasa sate sapi. Siph. Ini mie terenak. Bahkan Mie yang setia menemani Gue sambil Gue nulis ini. Maklum warung belum ada yang buka. Menurut Gue,hidup dengan mencari keuntungan semata menjadikan mereka terlalu egois.Takut nggak laku. bersaing dengan daging kurban. Padahal lihatlah, ada masnusia seperti Gue yang usus dan perutnya tergantung kebaikan penyedia lauk pauk dengan harga murah seperti kalian. Cukup hanya dua hari makan hanya dengan Mie dan gorengan. Semoga tidak dengan hari esok. Tidak harus sial setiap hari bukan, ehm Gue lebih suka menyebutnya dengan kurang beruntung dua hari ini.

Tidak ada komentar: