Baru saja saya mendapat pesan dari seorang sahabat saya. Kemampuan dong yang mempengaruhi. saya menggelengkan kepala. Kenal satu tahun dengan kamu. Saya yakin kamu tidak pandai berbohong. Tadi hanyalah sebuah ungkapan untuk membesarkan hati saya. ah, saya sangat tahu maksud kamu. tapi cukup bagus usaha kamu untuk selalu mendukung saya dalam hal apapun. terimakasih. Dunia ini punya Tuhan. Segala sesuatu pasti tidak akan pernah sia - sia. saya yakin itu. harapan saya akan kebaikanmu semoga Tuhan lekas menjawabnya. Tapi malam ini, saya tidak akan bercerita sahabat saya yang itu. melainkan dua orang teman yang entah sampai kapan bisa disebut teman.
Rencana.
Iya Tuhan merencanakan saya bertemu dengan dua orang ini. sebut saja Desi dan Imas. Dengan nama mencari ilmu dan mencoba menggariskan masa depan. Saya bertemu dengan mereka. Selama setahun berbagi dalam ruangan yang rasanya sempit untuk 60 orang.duduk berhimpitan. tapi tertawaan menjadi hal yang membuat saya berpikir bahwa Tuhan memang adil. Seenggaknya saya masih bisa bersyukur dipertemukan dengan orang - orang yang menghargai saya. walaupun saya yakin, masih banyak teman yang berbagi kelas dengan saya. Tidak menyukai kehadiran saya. selalu memandang tajam kearah saya, malah ada diantaranya yang berkata secara langsung bahwa saya angkuh, sombong dsb. percayalah kawan. Ada sisi lain yang tidak kalian kenal dari diri saya. nampaknya Tuhan menganugrahi kulit hitam bagi saya. Wajah berjerawat, cara jalan yang kaku dan pandangan mata yang tajam. membuat saya terkesan tidak bersahabat. namun saya sadar sepenuhnya bahwasanya saya memang demikian. Rasanya mulut saya susah membuka dan tersenyum kala berhadapan dengan sebagian teman saya. Bukan ah, saya bukan sombong. mungkin saya cacat dalam hal kepercayadirian atau bahkan sosialisasi.
namun Desi dan Imas selalu tersenyum dan menganggap kehadiran saya. berbagi cerita atau meminta pendapat. sungguh saya merasa dihargai. Dua semester kami menghirup udara di ruangan yang sama. walaupun saya masih ingat sekali. bahwa mereka hanya ingin duduk di deretan belakang atau tengah. jarang mereka duduk di deretan paling depan. Mungkin karena Desi dan Imas berasal dari daerah yang sama membuat keduanya begitu dekat. walaupun jalan tak selamanya mulus. Demikianpun dengan kisah persahabatan keduanya. namun pada akhirnya ketulusanlah yang menjawab dan akhirnya mereka bersatu kembali. Selalu berjalan bersama, tersenyum bersama dan tak jarang menggunakan pakaian atau apapun itu dengan model atau warna yang sama. seolah Tuhan menjadikan mereka kembaran. terikat oleh perasaan yang membuat persahabat keduanya begitu ngena dalam ingatan saya.
Desi nampak di samping kiri Imas, mengenakan kerudung hitam
Serius dalam belajar, kadang tergopoh - gopoh karena kesiangan. Setiap bertemu selalu berpenampilan berbeda. serasi pakaian yang ia kenakan. tubuh mungilnya tapi menyimpan sebuah perasaan yang sentitif, terkesan rapuh dan air matanya pernah terlihat berlinang saat bermasalah dengan kakak tingkat. Entahlah walaupun Imas berperawakan gede tapi tidak dapat jua menghentikan tangisan sahabatnya. namun yang jelas, saat Desi menangis sambil bercerita, dan Imaspun hadir. Disanalah saya berdecak kagum. karena saya yakini benar, Kadang sahabat tak bisa mengilangkan duka sahabatnya. Tapi kehadirannya membuktikan bahwa dia memang setia. dan lebih dari apapun kesetiaan tidak dapat dibeli dengan materi. Hanya ketulusanlah yang mendasarinya.
Imas.
Bongsor centil dan suka riweh. sekiranya itu ungkapan yang pas dalam bahasa sunda. Entahlah entah dia niat ngampus dengan tujuan mencari ilmu atau apa. yang jelas kategori pencontek yang ulung di kelas adalah termasuk anda. hehe. hampir setiap ujian kita juga kan selalu berbagi ruangan. Imas saat datang langsung mempersiapkan segalanya. yang penting aman. itu mungkin alasannya. Dan anak ini tuh termasuk nekat juga, gila aja duduk di depan pengawas. Hampir cium - ciuman pokoknya saking dekatnya.hehe tapi sungguh anak nekat. Saat Imas merengek mengenai masalah apapun, raut wajahnya akan berubah. Mulut di manyun - manyunkan dan terlihat idungnya kembang kempis.
semua anak di kelas amat saya hafal. Tak ada yang luput dari perhatian saya. Walaupun ada sebagian orang yang memandang jijik dan terkesan memusuhi saya. Yakinlah, dalam hati saya hanya ada kekecewaan atas kalian sungguh tanpa didasari kebencian. dan kalian harus yakin. Saat waktu mengeliminasi satu persatu diantara kita. barulah kalian merasa sayang dan kehilangan. sama halnya dengan malam ini. kesunyian kamar mengingatkan saya akan Imas dan Desi teman yang pergi tanpa pamit. Entahlah, saya merasa gagal mungkin tak pantas di sebut teman. karena apa?
karena sedikitpun kalian tidak berpamitan dengan saya. Ini sangat menyakitkan. Mendengar dari orang lain dan pada akhirnya Dessy melontarkan perkataan ma'af pada saya beberapa tempo lalu. saya hanya berpikir. bahwa memang tak perlu saling maaf memafkan. Bukankah diantara kita tidak ada yang salah? Mungkin hanya salah persepsi atau keadaan saja yang memaksa kalian secepatnya pergi tanpa ada kata yang bisa menjelaskannya pada kami.
jelas, kami merasa kehilangan. Dimanapun kalian berada semoga kita akan terus baik - baik saja. melanjutkan kehidupan yang mana perpisahan merupakan suatu keharusan. tapi mengingat kalian, merindukan kalian bukan kesia - siaan .Justru dibalik itu ada suatu pelajaran untuk tetap merelakan tanpa melupakan. kawan, semoga rindu kami disini bersambut. Tak ada kebahagiaan bagi kami kecuali tahu kalau kalian berdua dalam keadaan baik - baik saja. pada dasarnya kita sama. jarak, ah dizaman globalisasi seperti ini ngomongin jarak serasa hal tabu. tak ada jarak diantara kita. hati kami dan hati kalian. Hanya tempat yang berbeda dan masih sama, dengan tertatih, berjuang untuk meraih mimpi. menjadi seorang pengajar. Walaupun ada yang mengatakan bahwa kita adalah korban. ya Guru adalah korban. begitulah seharusnya. mengobankan untuk mencerdaskan anak manusia. mengantarkan mereka menjadi manusia yang mereka inginkan, bahkan melebihi kita. Ada yang ingin jadi dokter, arsitek bahkan presiden. Itulah yang bakal kita dengar suatu saat nanti dari anak didik kita. tanpa ada jaminan mereka akan mengingat kita. yang setiap harinya berkutat dengan rutinitas mengajar, mendidik. batapa jasa kita masih dipandang sebelah mata untuk sebagian orang, tapi saya berpesan bahwa menjadi penddik bukanlah hal yang mudah. anak manusia bukan hewan yang bisa dijadikan kelinci percobaan. jalani semuanya dengan hati, maka kebahagiaan akan selalu menyertai kita. Imas sayang jangan nyontek lagi ya,..heheeheh.. masa nanti anak orangnya jadi kelinci percobaan. ?? jaga Desi.
Titip salam untuk teman dan kelas baru kalian. Semoga Tuhan mempertemukan kita kembali, untuk mengantarkan sebuah cerita dan bisa menjadi pelajaran bersama. Selamat tidur sayang. Alloh pasti akan melindungi kalian.
Anak didik Abdul Mu'min Saud S,sos, M. Pd
Key
2 komentar:
Kamu berbakat jadi penulis ket.. :) kata.katanya penuh makna n bermutu.. aku juga berterimakasih dulu pernah dibuatin skenario drama wkt pelajaran pedagogik.. :) Mantap Lah.. :)
aminn...sama sama fau - fau. Semoga saya dapat menjadi penulis.
Posting Komentar