Kamis, 20 November 2014

Adik Lelakiku

Tak ada yang pernah tahu kapan kita akan berubah. Tentang prinsip, kegemaran, maupun selera. Dan aku nyaman dengan sekarang, aku nyaman saat menulis untuk diriku sendiri. Jangan terlalu banyak berharap pada tulisanku, karena ini hanya seputar aku. Iya, untuk kebutuhan emosional dan kebanggaan ku saja. Dan malam ini aku akan mencurahkan tentang seorang lelaki yang tak biasa. Namun kali ini bukan ia, bukan lelaki dengan perawakan yang berisi. Ini tentang adik lelakiku satu-satunya. 

 Hai adikku, malam. Sedang apa kamu? Begitu terkadang aku mengisi malam saat mengingatnya. Aku dan adikku sudah hampir empat bulan tak saling bertatap muka dan tak saling bermain manja atau saling mengolok-olok. Dan satu lagi, tak saling curang saat kami memijat. Biasanya, saat malam atau selepas subuh, aku dan dia bergantian memijat, dan tentu dengan terlebih dahulu berkomitmen dengan dibantu jam yang ada pada handphone. Dan saat itulah, saat kantuk atau pegal setelah memijat dan seharusnya dilanjutkan dengan ke bagian kaki atau tangan, tak jarang kami saling curang. Setelah itu lalu beradu mulut dan tak jarang saling kejar-kejaran dan terpaksa harus diam saat mama memarahi kami. Kamu, adik lelakiku, masih ingatkan? atau istilah dipeyeum? Oh demi apapun, itu  istilah yang hanya kita pakai berdua. Dan saat ini adik lelakiku semakin besar, semakin pintar, dan tentu, semakin membuat orang-orang rumah membanggakannya. Adikku, yang dahulu dan sekarang mengalah demi aku. Yang mungkin kamupun tak mengerti dengan maksudku tadi, aku sangat bangga padamu. Teruslah rajut sayapmu, dan setelah sayapmu  benar-benar kuat maka kamu akan dapat terbang kemanapun dan mengalami apapapun. Dan juga, tak ada yang menghalangi pandanganmu. Namun setinggi apapun kamu terbang, bawalah aku, bawa keluargamu. Di sana, iya, tepat di hatimu. Adik lelakiku, semangat. Teruslah merajut mimpimu, jangan takut pada apapun. Dan cepat bangun bila terjatuh, namun sebelum bangun, saat kamu tersungkur, ciumlah tanah, rasakanlah. Itulah hidup. Jangan hanya menjadi burung yang tahu tentang angkasa namun kamu pun harus tahu tanah yang lapang ataupun bebatuan.
Adik lelakiku, kami keluargamu mendukungmu. Bila kamu menemui hambatan jangan terlalu berjuang keras, ingatlah, sebelum kamu menyerah, tangan kami selalu ada untuk menggapaimu. Untuk membantumu berdiri dan melihat kamu berlari kembali. Kami akan melihat punggungmu, dan tersenyum karena kami tahu kamupun tersenyum. Kamu adalah lelaki yang harus selalu tersenyum. Ingat itu. Terus tersenyum. Dan sebelum orang lain tersenyum karena melihat senyummu, terlebih dahulu senyum harus menjadi milikmu seutuhnya. Dari hati. Iya, aku harap begitu. Adik lelakiku, selamat malam.

Tidak ada komentar: